0% found this document useful 0 votes2K views26 pagesCopyrightยฉ Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views26 pagesModel Penelitian TafsirJump to Page You are on page 1of 26 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 12 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 17 to 24 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Penelitianilmu kalam dibagi kedalam dua bagian: 1. Penelitian Pemula. Penelitian pemula adalah penelitian dasar, yang bersifat membangun ilmu kalam menjadi suatu disiplin ilmu dengan merujuk pada Al-Qur'an dan hadist serta berbagai pendapat tentang kalam yang dikemukakan oleh berbagai aliran teologi.
Related PapersTafsir Al qurโan sebagai usaha untuk memahami dan menerangkan maksud dan kandungan ayat-ayat suci mengalami perkembangan yang cukup bervariasi. Corak penafsiran al-Qurโan adalah hal yang tak dapat dihindari. Berbicara tentang karakteristik dan corak sebuah tafsir, di antara para ulama membuat pemetaan dan kategorisasi yang berbeda-beda. Ada yang menyusun bentuk pemetaannya dengan tiga arah, yakni; pertama, metode misalnya; metode ayat antar ayat, ayat dengan hadits, ayat dengan kisah israiliyyat, kedua, teknik penyajian misalnya; teknik runtut dan topical, dan ketiga, pendekatan misalnya; fiqhi, falsafi, shufi dan lain-lain.Al-Qurโan tak akan habis-habisnya dibedah dan dibahas untuk ditemukan sebuah pemahaman sesuai dengan maksud darinya, yang kemudian akan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk manifestasi dari tujuan di ciptakannya makhluk di muka bumi ini. Hal ini merupakan bagian dari sebuah keberkahan yang terbesar yang dipancarkan oleh Al-Qurโan. upaya untuk menggali pemahaman tersebut tidak lepas dari jangka waktu yang sangat panjang dengan perolehan jejak sejarah yang terukir sejak masa paling awal hingga saat ini yang membuahkan hasil yang beraneka ragam disiplin ilmu dan pengetahuan yang baru, seperti yang di katakan oleh Prof. Dr. M. Quraisy Shihab, MA. Salah satu ulama tafsir indonesia yang kini berdomisili di negara kesatuan republik indonesia ini dalam bukunya kaidah tafsir mengatakan bahwa โ Siapa saja yang mengamati dan mencermati keaneka ragaman bentuk disiplin ilmu keislaman tersebut, baik dari berbagai sudut pandang perspektif, analisis, istilah dan pemaparannya yang berbeda, namun semua itu menjadikan teks-teks Al-Qurโan sebagai inti pokok tinjauan atau titik fokus studinya. Sehingga akhirnya semua disiplin ilmu memiliki ketersinggungan, memperkaya dan menambah berbagai informasi yang saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, pada kenyataannya menunjukkan bahwa semua kelompok umat islam, apapun alirannya, selalu merujuk kepada Al-Qurโan untuk memperoleh petunjuk maupun menguatkan pendapat dari aliran maupun kelompoknya, bahkan sebagian orang non muslim menunjuk bahwa ayat-ayat Al-Qurโan sebagai kitab suci umat islam menjadi salah satu inspirasi dalam meluapkan ide-ide berliannyaโ. Selain itu, pengandaian Al-Qurโan itu seperti berlian yang memiliki banyak sisi . jika di pandang pada satu sisi, maka akan menampakkan keindahan tersendiri. Dan apabila dilihat dari sisi yang lainnya akan tampak keindahan yang lain pula. Berlian itu sendiri selalu berkerlipan sepanjang zaman."Penelitian Agama" adalah penelitian tentang hubungan timbal balik antara Agama dan Masyarakat, sedangkan "penelitian keagamaan" adalah Agama sebagai gejala sosial. Adanya ilmu Ushul Fiqh sebagai metode untuk mengistinbatkan hukum dalam agama islam dan ilmu Mustalah Hadits sebagai metode untuk menilai akurasi dan kekuatan Sabda Nabi Muhammad SAW merupakan bukti adanya keinginan untuk mengembangkan metodologi penelitian, meskipun masih ada perdebatan dikalangan para ahli tentang setuju dan tidaknya terhadap materi kedua ilmu. Dalam pandangan Juhaya S. Praja penelitian agama adalah penelitian tentang asal-usul agama, pemikiran serta pemahaman penganut ajaran agama tersebut terhadap ajaran yang terkandung di dalamnya a. sumber ajaran agama yang telah melahirkan disiplin ilmu tafsir dan ilmu hadis b. pemikiran dan pemahaman terhadap ajaran agama yang terkandung dalam sumber ajaran agama penelitian tentang hidup keagamaan penelitian keagamaan adalah penelitian tentang praktik-praktik ajaran agama yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif. Penelitian keagamaan ini meliputi a. Perilaku individu dan hubungannya dengan masyarakatnya yang didasarkan atas agama yang dianutnya. b. Perilaku masyarakat atau suatu komunitas, baik perilaku politik, budaya maupun yang lainnya yang mendefinisikan dirinya sebagai penganut suatu agama. c. Ajaran agama yang membentuk pranata sosial, corak perilaku, dan budaya masyarakat Pada kajian ini menjelaskan tentang sejarah metodologi penafsiran Al Qur " an dan hadis pada masa klasik, moderen, dan kontemporer hingga pada saat ini. Dimana Metodologi merupakan seperangkat cara yang digunakan mufassir untuk mengungkapkan atau memahami Al Qur " an. Al Qur " an sebagai kitab petunjuk bagi manusia tidak bisa dipahami secara langsung tanpa melalui kaidah-kaidah penafsiran yang berlaku. Metode yang digunakan para ulama klasik pada saat itu ialah dengan perkataan atau qaul sahabat. Karena dengan perkataan sahabat atau orang yang bertemu dengan nabi pasti kaidah penafsirannya tidak banyak menyimpang. Kemudian para ulama moderen saat ini juga menggunakan metode moderen-kontemporer utuk mengetahui makna dari kandungan ayat-ayat Allah yang digunakan untuk pedoman umat islam baik tentang hukum, keyakinan, dan ajaran-ajaran yang dianjurkan oleh syariat islam dan ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan. Agar tidak terjadi perbedaan dan pemahaman dalam sebuah ayat. Rasulullah Saw merupakan seoarang ahli tafsir yang pertama kali pada masa sahabat,kemudian Sesudah generasi para sahabat lalu pada saat ini di teruskan oleh generasi tabiin yang belajar islam kepada sahabat-sahabat dari wilayah sendiri ataupun diwilayah yang lain. Ada tiga kota yang utama dalam proses pendidikan Al Qur " an yang masing-masing kota melahirkan madrasah atau madzhab sendiri yaitu di antaranya adalah, kota mekkah, Madinah, dan irak. Dan Seiring dengan perkembangan zaman telah banyak penafsiran ayat-ayat Al Qur " an yang terus berkembang dan pada saat ini. Untuk itu kita harus mengetahui penafsiran-penafsiran dari masa klasik hingga moderen-kontemporer dan dari masa sahabat hingga generasi tabiin. Kata Kunci Tafsir Al Qur'an dan Al Hadisklasik, moderen dan kontenporer Abstract In this study describes the history methodology of interpretation of Qur'an and Hadith in the classical period, modern, and contemporary until today. Where methodology is a set of ways in which commentators to express or understand the Qur'an. Qur'an as a book of guidance for mankind can not be understood directly without going through the rules of interpretation applicable. The method used by the classical scholars at the time is in word or qaul friend. Because the words of friends or people who met with the rules of interpretation prophet certainly not much distorted. Then the scholars of modern today using modern-contemporary weeks to know the meaning of the content of the verses of Allah used to guide the Muslims good about the law, beliefs, and teachings advocated by the Islamic Shari'a and the provisions that have been set , To avoid differences and understanding in a paragraph. Prophet is seoarang Commentators first time during companions, then After the Companions generation ago today forwarded by generations of successors who studied Islam to the companions of his own territory or region to another. There are three major cities in the educational process Quran that each city gave birth to the madrasas or schools themselves which of them is, the city of Mecca, Medina, and Iraq. Along with the times andBeberapa model penelitian agama islam I Tafsir, Hadis, dan FiqhAbstrak In interpreting the Holy Quran at least comprises of four methods general understanding method of Quran, detail understanding method of the Holy Scripture, comparative understanding method of the Holy Book, and thematical/ topical interpreting method of Quran. The interpreting the verses of the Holy Qoran influenced by those four methods and the background of the interpreters themselves. Each method has the characteristics either its weakness or its strength. For that reason, there is no the best method for understanding according to the writer of this article in term of interpreting Quran nowadays the topical/thematical method is very urgent to answer and to solve Moslem communities.
22 Model-model Penelitian Tafsir Model dapat diartikan sebagai contoh atau acuan. Sedangkan definisi penelitian sendiri adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan berbagai usaha dan cara dengan tujuan mencari nilai kebenaran objektif yang disimpulkan melalui data-data yang terkumpul.
Banyak mahasiswa dan pengkaji teks Al-Qurโan dan literatur tafsir menghadapi problem-problem metodologis yang cukup serius dan rumit, baik ketika mereka akan, maupun sedang melakukan penelitian. Sementara mahasiswa merasa kebingungan dalam menentukan pokok masalah obyek yang akan diteliti. โMengekorโ model orang lain dalam hal ini menjadi satu kenyataan yang tak dapat dihindari. Konsekuensinya, variasi obyek penelitian tidak berkembang secara signifikan. Selain itu, tidak jarang bahwa di antara mereka melakukan penelitian dalam bidang ilmu tafsir dengan cara yang kurang tepat. Seorang mahasiswa, misalnya, mengajukan proposal penelitian dengan judul โAkidah menurut Al-Qurโan Studi tentang Pemikiran Muhammad Abu Zahrahโ. Judul ini jelas membingungkan apakah dia akan mengkaji konsep Al-Qurโan dengan metode tematik, ataukah dia akan meneliti pemikiran seorang mufassir tentang ajaran Al-Qurโan? Lebih ironis, seorang dosen mengatakan bahwa seseorang mengkaji konsep Al-Qurโan secara tematik, dia harus menempatkan penafsiran para mufassir pada posisi yang sentral. Bahkan banyak mahasiswa tidak mengeksplorasi secara jelas dan tepat dalam skripsi, tesis atau bahkan disertasi mereka pendekatan, metode, kerangka teoritis dan analisis yang akan digunakan dalam penelitian tafsir. Demikianlah beberapa contoh problem metodologis yang dialami oleh para pengkaji dalam bidang tafsir. Oleh karenanya ed., para pengkaji Al-Qurโan dan tafsir semestinya memahami terlebih dahulu 1 tinjauan sejarah penelitian tafsir, 2 pemetaan penelitian dalam studi Al-Qurโan,3 metode, dan 4 analisis penelitian tafsir. Tinjauan Sejarah Penelitian Literatur Tafsir/Ilmu Tafsir Pada dasarnya, penelitian tafsir/ilmu tafsir yang merebak dan tersistematis pada abad ke-20 ini berasal dari tradisi apresiasi dan kritik tafsir exegetical criticism yang sudah muncul sejak zaman sahabat Nabi saw., bahkan sejak nabi saw. masih hidup. Sebuah hadis jika sahih yang menyebutkan โsiapapun menafsirkan Al-Qurโan tanpa ilmu bi-ghayr ilm, maka dia akan masuk nerakaโ bisa dipahami sebagai kritik Nabi terhadap praktek penafsiran Al-Qurโan yang โsembronoโ pada masa itu, sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh al-Zarkasyi dalam al-Burhรขn fรฎ Ulรปm al-Qurโรขn al-Zarkasyi, tt. 161. Bukti lain ialah bahwa setelah surat al-Nashr QS. 110 diturunkan, Umar ibn Khattab bertanya kepada sekumpulan sahabat Nabi, โapa pendapat kalian tentang surat tersebut?โ Sebagian sahabat menjawab โKita diperintahkan Allah swt. Untuk bertahmid dan beristighfar bila mendapatkan kemenangan.โ Sahabat lain terdiam dan tidak memberikan komentar sama sekali. Kemudian Umar bertanya kepada Ibnu Abbas โApakah kamu sependapat, wahai Ibnu Abbas?โ Ibnu Abbas menjawab โTidak!โ Lalu apa pendapatmu?โ Sahut Umar. Ibnu Abbas menimpali โItu adalah ajal Rasulullah saw. yang semakin dekat, diisyaratkan oleh Allah swt.โ Umar berkomentar โSaya tidak tahu kecuali apa yang kau katakan.โ lihat Sahih al-Bukhari, 8 519. Perkataan umar terakhir itu merupakan apresiasinya terhadap penafsiran Ibnu Abbas. Tradisi kiritik tafsir ini berkembang lebih luas sejak abad kedua hijriah di mana wacana intelektual mulai mengalami kemajuan dan perdebatan ilmiah mulai lebih marak di banyak bidang ilmu keislaman. Dialektika antara ahl-al-hadits dan ahl-al-raโy erupakan salah satu fenomena sejarah Islam. Ibnu Hanbal , misalnya, dengan keras mengkritik literature tafsir yang hanya didasarkan pada argumentasi rasional. Demikian pula al-Asmal yang mengecam karya tafsir Abu Ubaydah, Majaz al-Qurโan, sebagai karya tafsir bi-al-raโy Abott, 1967 110-113. Hal semacam ini terjadi pula di antara sekte-sekte Islam,baik dalam bidang teologi, fikih, dan lain-lain selama kurun waktu yang cukup panjang. Hanya saja, kritik tafsir, yang merupakan bagian dari proses penelitian literatur tafsir dalam arti luas, pada masa klasik hanya bertujuan untuk membuat โjudical criticismโ yang berkisar pada apakah penafsiran seseorang itu baik atau buruk, apakah seseorang itu memiliki otoritas eksegetik atau tidak. Selain itu, kritik tafsir ini belum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, tetapi masih integral, selain dalam karya-karya tafsir, juga dalam disiplin ilmu-ilmu lain, seperti hadis, fikih, dan kalam. Mengikuti disiplin kritik sastra al-naqd al-adabi, pada abad ke-20 M, kritik tafsir kemudian bisa dikatakan sudah menjadi disiplin yang โmandiriโ. Terbitnya buku Die Richtungen der Islamischen Koranauslegung Mazahib al-Tafsir al-Islami Leiden, 1920, karya I. Goldziher, yang kemudian diikuti oleh karya-karya lain, seperti al-Tafsรฎr wa-al-Mufassirรปn 1961, karya Muhammad Husain al-Zahabi, Dirรขsat fรฎ al-Tafรฎr wa Rijรขlih 1982 karya Abu Yaqazan Athiyyah, dan beratus-ratus artikel di berbagai jurnal, sudah dipandang cukup sebagai bukti โkemandirianโ disiplin ilmu kritik tafsir. Berbeda dengan kritik tafsir masa klasik, pada masa sekarang disiplin ini tidak hanya memuat โjudicial criticismโ, tetapi juga terutama mengkaji asal-usul dan perkembangan tafsir/teori eksegetik, macam-macamnya, kecenderungannya, โhakikatโ nature-nya, pembentukannya, fungsinya, pengaruhnya dan hubungannya dengan hal lain. Hal-hal tersebut di atas sudah tentu merupakan obyek-obyek atau pokok-pokok masalah pada penelitian literatur tafsir/ilmu tafsir. Pemetaan Penelitian dalam Studi Al-Qurโan Dalam studi Al-Qurโan paling tidak ada tiga kelompok besar penelitian sebagai berikut Pertama, penelitian yang menjadikan teks, atau nash Al-Qurโan sebagai obyek sentral, dan atau sumber pokok dalam penelitian. Hal ini disebut oleh Amin al-Khulli kemudian diikuti oleh bint al-Syathiโ dengan istilah dirรขsat al-nashsh, yang mencakup dua kajian 1 fahm al-nashsh/the understanding of text, dan 2 dirรขsat ma hawl al-nashsh/study of the surrounding of text al-Syathiโ, 1971 123. Dalam konteks penelitian dalam literatur tafsir dalam studi Al-Qurโan, obyek yang menjadi fokus utamanya adalah kajian model pertama, yakni fahm al-nashsh/the understanding of text. Dalam hal ini, seorang peneliti bisa melakukan penelitian terkait dengan features of the Qurโanic texts tampilan-tampilan luar teks-teks Al-Qurโan, seperti cara baca teks Al-Qurโan, variasi qiraat, makki-madani, naแบm sistematika/ struktur, muแธฅkam-mutasyฤbih, gaya bahasa style linguistic/balฤgah, manuskrip Al-Qurโan klasik, dan pencetakan teks Al-Qurโan pada masa modern dan kontemporer. Selain itu, peneliti juga bisa membahas tentang kandungan makna teks Al-Qurโan. Hal ini bisa dilakukan secara parsial dan komprehensif dengan metode dan pendekatan tertentu. Yang dimaksud penelitian makna teks Al-Qurโan yang bersifat parsial adalah penelitian terhadap makna satu ayat, sekelompok ayat tertentu, atau satu surah tertentu. Sebagai contoh adalah penelitian yang pernah penulis tulis Sahiron 2014 104-116; 2017 99-109; 2017 143-157 yang mengkaji dan menginterpretasi surah al-Anbiyฤโ/21 39-40, al-Baqarah/2 111-113, dan an-Nisฤโ/4 34 dengan menggunakan pendekatan kontekstualis atau pendekatan manฤ-cum-magzฤ. Contoh lain, Nicolai Sinai menulis artikel โAn Interpretation of Sลซrat al-Najm Q. 53โ yang berisi penafsirannya terhadap Sลซrat al-Najm dengan pendekatan strukturalis Sinai 2011 1-28. Termasuk dalam fahm an-naแนฃแนฃ pula, kajian-kajian yang bertujuan memahami makna/konsep Al- Qurโan tentang berbagai persoalan secara komprehensif. Dalam hal ini, seorang peneliti dapat mengkajinya dengan pendekatan tafsir tematik, seperti konsep โkeseimbanganโ antara materialisme dan spiritualisme, dan konsep kebebasan berakidah Bint asy-Syฤแนญiโ1972. Kajian komprehensif ini juga bisa dilakukan dengan pendekatan semantik. Kajian seperti misalnya seperti yang dilakukan oleh Toshiko Izzutsu yang berjudul God and Man in the Koran Semantics of the Koranic Weltanscauung, [Lihat contoh salah satu artikel yang menerapkan kajian semantik Al-Qurโan di sini]. Adapun yang termasuk dalam kategori dirรขsat mรข hawl al-nashsh ialah penelitian tentang sejarah teks Al-Qurโan yang memuat penanggalan ayat, kronologi ayat, konteks historis pewahyuan ayat asbรขb al-nuzรปl dan kodifikasi Al-Qurโan. Sudah barang tentu, dalam penelitian model ini juga diperlukan metodologi, sebagaimana antara lain yang telah dikemukakan oleh penulis di atas. Tidak disangkal bahwa pencapaian ulama/sarjana, baik muslim maupun non-muslim, dalam bidang ini pada masa klasik dan modern sudah memperkaya khazanah keilmuan Islam, meskipun tidak pernah matang dan perlu terus menerus dikaji ulang. Kedua, adalah penelitian tentang hasil pembacaan terhadap teks Al-Qurโan, baik yang terwujud teori-teori penafsiran seperti yang telah disebutkan di atas, maupun yang berbentuk pemikiran eksegetik. Dalam konteks ini, hasil pembacaan bisa diistilahkan dengan literatur ilmu tafsir/tafsir, yang oleh Norman Calder dimasukkan dalam โliterature genreโ Calder, 1993 101. Berbeda dengan jenis penelitian pertama yang menjadikan teks sakral sebagai fokus penelitian, penelitian kedua ini mengkaji human creation yang bersifat profan. Aspek-aspek metodologis penelitian kedua inilah yang pernah penulis bahas secara terperinci dalam buku Tafsir Studies. Di antara contoh penelitian ini adalah karya Andrew J. Lane Lane 2006 yang berjudul A Traditional Mutazilite Qurโฤn Commentary The Kashshฤf of Jฤr Allฤh al-Zamakhsharฤซ d. 538/1144, yang di dalamnya Lane mendiskusikan tentang teks tafsir az-Zamakhsyarฤซ ditinjau dari sejarah pembuatan teks tafsir tersebut, resepsi atasnya, metode penafsirannya, dan sumber-sumber penafsirannya. Ketiga, adalah penelitian tentang aspek-aspek metodis, baik yang bersumber dari Ulumul Qurโan/Ilmu Tafsir maupun dari ilmu-ilmu bantu lain, baik konsepnya maupun implementasinya. Penelitian tentang asbฤb al-nuzลซl dan munฤsabฤt al-ฤyฤt termasuk dalam kategori ini. Demikian pula, penelitian tentang teori-teori hermeneutika tertentu digolongkan ke dalam model penelitian ini. Sebagai contoh, Abdel Haleem, seorang profesor dalam bidang Islamic Studies di SOAS, University of London, dalam artikelnya โThe Role of Context in Interpreting and Translating the Qurโanโ menjelaskan secara baik pentingnya memperhatikan konteks tekstual siyฤq an-naแนฃแนฃ dan konteks historis dalam proses penafsiran dan penerjemahan terhadap teks Al-Qurโan Haleem 2018 47-66. Keempat, penelitian yang mengkaji โresponsโ atau resepsi masyarakat terhadap Al-Qurโan atau terhadap hasil penafsiran seseorang atas Al-Qurโan. Hakikatnya, penelitian ini termasuk dalam penelitian disiplin ilmu sosial antara lain sosiologi dan antropologi. Namun, karena berkaitan erat dengan masalah Al-Qurโan, penelitian ini bisa juga dimasukkan dalam program studi Al-Qurโan. Penelitian model ini misalnya yang dilakukan oleh Neil Robinson dalam Discovering the Qurโan A Contemporary Approach to a Veiled Text, dan Deny dalam Qurโan recitation Training in Indonesia A Survey of Context and Handbooks, yang meneliti bagaimana teks Al-Qurโan itu dibaca, didengar, dihafal, di-munasabaqah-kan MTQ dan dipraktekkan dalam kehidupan umat Islam Robinson 1996; dan Deny 1988 288-306. Bisa dimasukkan dalam penelitian ini juga karya Faris Keblawi, โIlm Hifแบ al-Qurโฤn,โ yang membahas tentang tradisi menghafal Al-Qurโan dan metodenya serta tantangannya di masa digital ini dengan pendekatan multidispliner Keblawi 2014 168-195. Terkait dengan resepsi atas tafsir, Dale F. Eickelman Eickelman 1993 163-168 dalam tulisannya yang berjudul Islamic Liberalism Strikes Back meneliti bagaimana tanggapan masyarakat Kuwait, Cassablanca dan Suriah terhadap pemikiran strukturalis M. Shahrur. Termasuk juga dalam penelitian jenis ketiga ini ed., kajian yang belakangan dikenal, khususnya di lingkungan PTAIN dengan kajian atau studi Living Qurโan, yang memfokuskan kajiannya terhadap resepsi personal maupun komunitas tertentu atas suatu ayat Al-Qurโan. [] Selanjutnya, silakan baca ulasan kami yang lebih lengkap dan mendalam tentang Pendekatan dan Analisis dalam Penelitian Al-Qurโan dan Ilmu Tafsir di sini! *Tulisan ini disadur dari pengantar buku penulis yang berjudul โTafsir Studiesโ, Yogyakarta eLSAQ Press, 2009 dan juga tulisan penulis yang diterbitkan di Jurnal Suhuf, Volume 12, Nomor 1, Juni 2019. _ _ _ _ _ _ _ _ _ Bagaimana pendapat Anda tentang artikel ini? Jangan lupa berikan reaksi dan komentar Anda di kolom komentar di bawah ya! Anda juga bisa mengirimkan naskah Anda tentang topik ini dengan bergabung menjadi anggota di Baca panduannya di sini! Untuk mendapatkan info dan artikel terbaru setiap hari Anda bisa juga mengikuti Fanpage Facebook di sini! [zombify_post]
MODELPENILITIAN SEJARAH. Dalam meniliti Islam para peniliti banyak menggunakan metode-metoe yang berbeda seperti halnya metode penelitian sejarah, penelitian ilmu kalam, penelitian Ilmu Tafsir, penelitian Politik, penelitian Fiqh, penelitian Filsafat Islam, dan berbagai metode yang lainya.
AbstractBuku yang ada di tangan Anda adalah hasil pengalaman riset dan mengajar matakuliah metode penelitian al-Qurโan dan tafsir, selama kurang lebih lima tahun. Setelah penulis merenungkan cukup lama dan mencoba mengendapkan berbagai ide dan gagasan pemikiran terkait dengan riset al-Qurโan dan tafsir, penulis merasa perlu untuk menuliskannya dalam sebuah buku teks atau buku daras. Sebab, memang tidak banyak โ untuk tidak menyebut tidak ada-buku yang secara khusus membincang metodologi penelitian al-Qurโan dan tafsir. Apalagi dalam buku ini penulis mencoba melengkapi pembahasan dalam setiap model penelitian dengan contoh kasus riset dan contoh proposalnya, sehingga memudahkan bagi para mahasiswa untuk mencoba mengikuti model-model tersebut. Secara garis besar buku ini mencoba menjelaskan tentang bagaimana mestinya para mahasiswa, baik S1, S2, maupun S3 dan juga para dosen memiliki gairah untuk melakukan riset, dalam rangka mengkonstruksi dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sebab hanya dengan mengembangkan tradisi dan budaya riset, ilmu pengetahuan akan terus mengalami dinamika signifikan. Sisi lain, tugas dan tanggung jawab ilmuan, mahasiswa, dosen dan para akademisi bukan sekedar menghafal pengetahuan yang sudah ada, akan tetapi terus melakukan โjihad kreatifโ untuk mengembangkan budaya intelektual-akademik demi kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan. Terlebih kalau kita menyadari bahwa al-Qurโan dan Tafsir dalam ruangruang sosial terus mengalami gerak yang sangat dinamis. Oleh sebab itu, membiarkan al-Qurโan dan Tafsir dalam โkebekuanโ, di tengah-tengah tantangan dinamika sosial keagamaan masyarakat kontemporer sama halnya dengan โmengkufuriโ nikmat Allah Swt. Untuk itu, bagi para dosen mahasiswa dan pecinta ilmu, semangat mengkaji dan meriset al-Qurโan dan produk-produk tafsir menjadi sebuah keniscyaan. Sebab kehadiran al-Qurโan dan seluruh gagasan tentang tafsir juga merupakan produk dan proses dialektika teks dan realitas. Jangan sampai al-Qurโan dan juga tafsir yang sedemikian kaya ide dan gagasan di dalamnya, dicampakkan begitu saja tanpa dipelajari dan teliti untuk dikembangkan dan diaktualisasikan, seiring dengan dinamika tantangan dan perubahan sosial. Dalam buku ini mencoba memetakan model-model penelitian al-Qurโan dan tafsir menjadi lima model. Pertama, penelitian tematik dirรขsat al-mawdlรปโiyyah yang tekanannya pada topik atau tema dan isu yang ada dalam al-Qurโan. Kedua, penelitian tokoh dirรขsat fi rijรขl al-mufassirรฎn wal musytasyriqรฎn, yang tekanannya pada pemikiran tokoh mufassir, baik dari sarjana muslim maupun orientalis, baik bersifat individual maupun kolektif. Ketiga, penelitian Living Qurโan dirรขsat fi al-Qurโรขn al-hayy, yang fokusnya pada bagaimana praktik masyarakat berinteraksi dengan al-Qurโan, apa maknanya dan bagaimana relasi antara teks ayat al-Qurโan dengan praktik sosial di masyarakat. Sebab di situlah perbedaan penelitian living Qurโan dengan penelitian sosial keagamaan secara umum. Keempat, penelitian makhtuthรขt melalui pendekatan filologi baca Tahqรฎq al-Kutub/Makhtuthรขt, yang fokusnya pada kajian manuskrip, teks-teks masa lalu yang belum dipublikasikan. Misalnya, makhtuthรขt tafsir karya Kyai Shaleh Darat al-Samarani, yang berjudul Faidl al-Rahmรขn min Tarjamati Kalรขm Malik al-Dayyรขn, sebuah karya kitab tafsir berbahasa Jawa yang pertama kali atas permintaan Kartini. Tafsir ini bernuasa sufistik dan juga mengandung elemen kultur Jawa. Sehingga sebagai produk tafsir lokal, ia tentu sangat layak untuk diriset. Kelima, Penelitian komparatif Dirรขsat muqรขranah, yang fokusnya pada kajian membandingkan antara satu tokoh dengan tokoh lain, atau satu kawasan dengan kawasan yang lainBookPeerReviewedTafsir Al Qur'an - MetodeSimilar works
MetodologiPenelitian (penelitian kuantitatif : waktu penelitian, tempat, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, teknik analisis) Dalam penelitian kuantitatif, masalah sampel sangat penting dan menjadi fokus utama, untuk menentukan validitas hasil penelitian, tetapi pada penelitian kualitatif tidak yang menajdi fokus adalah tergalinya data,
BABIII METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.23 .